Disclaimer

Welcome to my writerland. :D Yeah, as you know. Writerland its not real, its just my imagination for my place hobby-writing. So, don't think anything again, just read my story. And don't forget to comment, your comment is very important for me. :D

Jumat, 28 Oktober 2011

Cerpen, Sahabat Kocak

Btw, ini cerpen pertama gue. Gue bikin pas SD dan waktu itu lagi iseng sih. Jadi maklum kalo abal dan bahasanya masih berantakkan. Gommen Nasai! Happy reading. :)


SAHABAT KOCAK

You can make up your mind, mind, mind… 
Please don’t waste my time, time, time…
Not tryin’ to rewind, wind, wind…
I wish our heart could come together as one…

“Ray… Berisik woy… Bagusan juga gue yang nyanyi! Lo tu nggak pantes  nyanyi lagu  JB, tapi pantesnya nyanyi lagu keroncong…” Ledek Rio sambil menutup telinga dengan kedua tangannya.

“Ah elah kak, berisik  lo!  Suka-suka  gue  dong!”  Ray  memeletkan   lidahnya  kearah Rio.

“Tapi  suara  lo  tu  ngeganggu  banget.  Gue  lagi  asyik  baca   komik  nih!”  Balas  Rio.

“Iya-iya  gue  berenti  nyanyi.  Oiya  kak, tadi kak Via nyariin lo  tuh. Lo  ke  rumahnya  aja.”  Kata  Ray.

"Ngapain  Via  nyuruh  gue  ke  rumahnya ? Biasanya juga kalo dia nyariin gue pasti dia kesini.” Tanya  Rio.

“Mana gue tau! Mendingan lo langsung ke rumahnya sekarang deh. Soalnya kayanya penting banget.” Jawab Ray.

“Yaudah deh, gue ke rumah Via dulu. Oiya nanti kalo ada fans-fans gue yang nyariin gue, bilang aja gue lagi sibuk dan nggak menerima foto bareng ataupun minta tanda tangan.” Kata Rio narsis.

“Narsis lo kak! Paling fans-fans lo juga kucing liar di perumahan ini ! ” Balas Ray sambil melempar bantal kearah Rio.

Plakk …

Bantal yang dilempar Ray mendarat mulus di wajah Rio.

“Ray … Ah nyebelin lo! Untung Cuma bantal yang mendarat di muka ganteng gue. Coba kalo sepatu or yang lain, muka ganteng gue pasti kenapa-napa deh. Trus kalo muka ganteng gue kenapa-napa fans-fans gue bisa jerit-jerit nih.” Kata Rio. “Udah ah gue mau ke rumah Via dulu.”

“Dasar narsis! “ Teriak Ray saat Rio berjalan menuju pintu.

“Bodo! Yang penting tetep ganteng! “ Balas Rio narsis.

Rio berjalan menuju rumah Via yang terletak disebelah rumahnya.
Setelah sampai di depan rumah via …

“Hello … Spada … Anybody home … “ Teriak Rio.

Pletakk …

Sebuah flat shoes melayang mengenai tangan Rio.

“Aww … Sakit … lo gila ya Vi, masa gue dilempar flat shoes! Emang gue pengamen apa! ” Kata Rio sambil mengelus tangannya.

“Elo tu yang gila Yo, masa teriak-teriak di depan rumah gue! Berisik tau … “ Balas Via.

“Hehe … “ Rio hanya bisa nyengir.

“Jelek lo kalo nyengir.” Via mengambil flat shoesnya yang ada di dekat kaki Rio.

“Oiya Vi, by the way lo ngapain manggil gue ? “ Tanya Rio.

”Sini ikut gue. “ Via menarik tangan Rio dan mengajaknya ke halaman belakang rumahnya.

“Lepasin Via … Gila sakit tau! Lo cewek apa cowok si ? Tenaga lo kuat amat kaya kuli bangunan.” Rio menepis tangannya yang ditarik Via.
Via pun melepas tarikannya.

“Eh, gue bukan kuli bangunan tau! “ Omel Via.

Pletakk …

Sebuah jitakan mendarat mulus di kepala Rio yang berasal dari tangan Via.

“Gila mimpi apa gue semalem … Sial mulu perasaan dari tadi pagi.” Rio mengelus kepalanya.

“Udah deh Yo, lo nggak usah lebay kaya gitu. Mendingan sekarang kita ke halaman belakang aja. Ada yang butuh bantuan lo.” Kata Via.

“Hah ? Butuh bantuan gue ? Siapa Vi ? “ Tanya Rio

“Udah, ikut aja. Nanti lo juga tau kok.” Jawab Via.

Lalu mereka menuju taman belakang rumah Via.

“Nah, itu tu yang butuh bantuan lo Yo.” Via menunjuk seekor kucing yang sedang melihat ke bawah sambil ketakutan.

“Lah! Ngapain si Snowbell nangkring diatas pohon Vi ? “ Tanya Rio.

“Mana gue tau Rionaldo Silenzie Clyde… Kalo gue tau mah gue nggak bakal nyuruh lo kesini! “ Jawab Via.

“Yaudah dong biasa aja Salvia Amethys Claire … “ Balas Rio.

Meaoww … Meaooww …

“Ah udah deh Yo buruan turunin Snowbell! Kasian tau dia udah ada di pohon dari tadi pagi! “ Perintah Via.

“Iya bentar tunggu dulu.” Kata Rio.

Kemudian Rio mengeluarkan Iphone 4 dari dalam kantong celananya.

“Lo ngapain ngeluarin Iphone Yo ? “ Tanya Via penasaran.

“Udah deh lo diem aja. Snowbell pengen gue turunin nggak nih! “ Jawab Rio.

“Iya-iya.” Balas Via.

“Kok perasaan gue nggak enak ya ? Si Rio ngapain lagi pake acara ngeluarin Iphone segala sih ? Semoga kali ini dia nggak pake cara yang konyol lagi kaya waktu ngambilin flat shoes gue yang nyangkut di atas atap rumah.” Gumam Via dalam hati.

“Yo, lo nggak pake cara yang konyol kaya waktu ngambilin flat shoes gue yang nyangkut di atas atap rumah kan ? “ Tanya Via.

“Udah deh, lo diem aja Vi! “ Rio menaikkan alisnya sambil senyum gaje.

Via tambah penasaran.

“Halo, pemadam kebakaran. Maaf pak, bapak bisa ke perumahan Season sekarang nggak pak ? Darurat nih. Alamatnya jalan Winter Season blok A nomor 20 *ngasal*. Buruan ya pak.” Rio menelpon pemadam kebakaran.

“Lo ngapain nelpon pemadam kebaran Yo ? Kan nggak kebakaran disini ? “ Tanya Via heran.

“Emang nggak ada kok. Udah nanti juga lo tau.” Jawab Rio sambil senyum-senyum gaje.

Via mengernyitkan jidatnya heran.

Nguing … Nguing … *bener nggak si bunyinya begini ?*

30 menit kemudian datanglah mobil pemadam  kebakaran  plus petugas-petugasnya.

“Mana kebakarannya dik ? “ Tanya salah satu petugas pemadam kebakaran.

“Hehe … Nggak ada pak.” Rio nyengir kuda.

“Kalo nggak ada, ngapain adik nelpon saya tadi ? “ Tanya sang petugas lagi.

“Buat nurunin itu tuh pak.” Rio menunjuk Snowbell yang ada diatas pohon.

Sang petugas Cuma bisa geleng-geleng kepala, Via menepuk jidatnya, dan lagi-lagi Rio cuma nyengir.

“Bantuin ya pak. Please … Kasian pak, dia udah ada disana dari tadi pagi. “ Kata Rio sambil memasang tampang melas.

Sang petugas akhirnya menuruti perkataan Rio karma kasihan melihat tampang Rio yang memelas.

“Nih dik kucingnya. Tapi lain kali adik jangan seenaknya aja manggil pemadam kebakaran cuma buat nurunin kucing. Yaudah kami permisi dulu.” Kata sang petugas sambil memyerahkan Snowbell ke Rio.

“Hehe … Iya pak.” Rio nyengir lagi.

Petugas kebakaran tadi pun langsung pulang.

Haatchimm …

Rio baru sadar kalau ia menggendong Snowbell, padahalkan Rio alergi sama yang namanya kucing. Lalu Rio buru-buru menyerahkan Snowbell ke via.

“Aahh … Snowbell sayang, kamu nggak papa kan ? “  Tanya Via sambil 
mengelus lembut bulu Snowbell.

“Thanks ya Yo, lo udah nolongin Snowbell. Ya meskipun cara yang lo pake tu konyol banget.” Kata Via.

“Iya sama-sama Vi. Hatchimm … “ Rio menggosok- gosok hidungnya yang gatal. “Gue balik dulu ya Vi, hatchimm … ”

Rio lalu berjalan menuju rumahnya.

“Eh eeh Rio tunggu … Snowbell mau bilang terimakasih sama lo.” Via mengejar Rio.

Rio malah mempercepat langkahnya, bahkan kemudian ia berlari kecil.

Rio tunggu … “ Teriak Via.

“Huaaa … mamaaa … “ Teriak Rio histeris.

Rio masuk kedalam rumah dan sembunyi dibalik sofa.

“Ngapain lo Kak ngumpet disitu ? “ Tanya Ray yang lagi asyik twitteran di BBnya.

“Sssttt … Diem! Jangan kasih tau Via kalo gue ngumpet disini.” Jawab Rio.

“Rio … Rio … “ Teriak Via.

Via menghampiri Ray dan bertanya, “Rio mana Ray ? “

“Tuh ngumpet dibelakang sofa.” Jawab ray.

“Aaah … Si Ray resek! Kenapa dia ngasih tau gue ngumpet disini si! “ Kata Rio dalam hati.

“Dor!! Rio!! Snowbell mau bilang terimakasih nih sama lo. “ Via mengagetkan Rio yang sedang bersembunyi dibalik sofa dan menyodorkan Snowbell.

“Enggak … “ Teriak Rio histeris sambil kabur dan berlari.

“Loh kok malah lari sih.” Kata Via, “Rio tunggu … “

Via lalu mengejar Rio, dan terjadilah adegan kejar-kejaran antara Via dan Rio kaya Tom and Jerry keliling rumah Rio. Ray cuma bisa ngakak ngeliat adegan di hadapannya.

1 komentar: